“The Child Power of Attention” (Daya Atensi Anak)
Observasi Montessori menyimpulkan bahwa anak2 itu sebetulnya memiliki kekuatan atensi yang alamiah dan ini menjadi bekal utama dalam optimalisasi tumbuh kembangnya sehingga di usia 6 atau 7 tahun dapat belajar dengan baik, melalui atensi ini mereka bisa konsentrasi. Sebaliknya, kegagalan proses belajar banyak disebabkan oleh lemahnya atensi dan konsentrasi.
Bagaimana anak bisa konsentrasi?
– Ini sangat berhubungan dengan periode sensitif, yaitu suatu periode waktu tertentu dalam kehidupan anak di mana dia menyerap pengetahuan dengan satu karakteristik dari lingkungannya sebagai pengecualian atas semuanya (telah dibahas tersendiri mengenai periode sensitif ini)
– Kita sebagai orang dewasa mesti memperlihatkan ketertarikan yang intensif terhadap sesuatu yang ada di sekitar anak, maka anak juga akan tertarik dan memperhatikan dengan seksama.
Contoh kegiatan yang bisa dilakukan anak di rumah dalam mendukung kekuatan atensinya:
– Saat anak perhatiannya selalu tertuju ke dapur dan selalu ingin meraih biji2an atau beras, ini saat yang tepat utk melatih menyendok biji2an dari satu mangkuk ke mangkuk lainnya.
– Saat anak perhatiannya selalu ke kamar mandi dan ingin bermain dengan air di ember atau gayung, inilah saat yang tepat memfasilitasi anak dengan kegiatan menuang air dari satu teko ke teko lain atau ke gelas.
Latihan atensi-konsentrasi ini segera bisa kita ketahui hasilnya, cirinya anak akan betah berlama2 dengan aktifitas tersebut dan akan melakukannya dengan perhatian penuh dan dengan rasa senang, lalu selanjutnya akan terbiasa berkonsentrasi.

“As soon as children find something that interests them they lose their instability and learn to concentrate” (M. Montessori)
(Segera setelah anak-anak menemukan sesuatu yang menarik bagi mereka, mereka kehilangan ketidakstabilan dan belajar berkonsentrasi)
Bersambung ke Hukum ke 4….
Tinggalkan Balasan